Dedikasi untuk Jakarta Bersih
A
A
A
SETIDAKNYA sekitar 6.700 ton sampah diproduksi Kota Jakarta hanya dalam waktu tak kurang dari 24 jam.
Angka ini cukup fantastis jika tidak diimbangi kesadaran masyarakat akan kebersihan. Itu karena akumulasi sampah tersebut berserakan di setiap tepi dan sudut jalan, sungai, maupun laut Jakarta. Dalam dua hari saja, timbunan sampah ini disinyalir bisa mencapai sebesar Candi Borobudur. Masalah banjir seolah- olah menjadi kutukan tiap musim penghujan tiba.
Atas dasar kekhawatiran itulah, Angela Jelita Richardson, seorang pemimpin redaksi majalah Jakarta Expat saat itu, tergerak untuk membentuk komunitas peduli kebersihan dengan membawa misi mengerahkan berbagai kalangan masyarakat di Jakarta untuk turut bergotong-royong dan melakukan aksi “bersih-bersih” Ibu Kota tercinta ini. Komunitas ini kemudian dikenal dengan nama Clean Up Jakarta Day yang mengusung konsep satu hari berdedikasi untuk membersihkan Jakarta.
“Dalam kegiatan ini, masyarakat diajak menyadari pentingnya peduli terhadap kebersihan kota. Tak hanya itu, kita mencoba mengedukasi masyarakat tentang cara memilah dan mengolah sampah dengan baik. Banyak sampah yang tidak dipilah dari sumber primer (rumah) menyebabkan sampah semakin menumpuk,” kata Ratih Nawangwulan, koordinator Clean Up Jakarta Day. Bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November 2013, komunitas ini berhasil menarik masyarakat untuk terjun langsung membersihkan Jakarta.
Sekitar 1.000 relawan yang tersebar di beberapa titik Jakarta turut hadir dalam kegiatan perdana Clean Up Jakarta Day tersebut. Relawan ini berasal dari semua kalangan, baik itu dari komunitas-komunitas, sekolahsekolah, maupun seluruh warga yang tak terbatas status dan usia. “Kita harus sadar bahwa kebersihan kota adalah tanggung jawab kita semua, bukan hanya petugas pembersih jalan, pemulung atau pemungut sampah,” papar Ratih.
Beruntung, pada periode berikutnya, tahun 2014 jumlah relawan semakin bertambah hingga menembus angka 5.000 relawan. Relawan tersebut tersebar di sebanyak 20 titik di Jakarta dengan titik kumpulnya berada di Pasar Baru. Agenda selanjutnya, Clean Up Jakarta Daymenyasar target sekitar 20.000 relawan dan 50 titik di Jakarta yang akan kembali diadakan pada Oktober mendatang. Untuk para calon relawan diperkenankan untuk registrasi dan bisa langsung memberikan rekomendasi lokasi yang akan menjadi titik Clean Up Jakarta Daytahun ini melalui situs www.cleanupjakartaday.org.
Mulai 2014, agenda Clean Up Jakarta Day bekerja sama dengan Dinas Kebersihan untuk mendistribusikan sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang. Kemudian, sampahsampah lainnya kemudian dipilah dan barang-barang yang dianggap masih bisa diolah kembali akan diserahkan kepada Kampus Diakonia Modern (KDM) green project, sebuah rumah dan sekolah untuk anak jalanan yang fokus pada kegiatan daur ulang.
Komunitas ini akan menyulap barangbarang yang semula dianggap tidak berguna menjadi barang lebih berarti dan bermanfaat, seperti jam dari tutup botol, kursi, tas, dan sebagainya.
Larissa Huda
Angka ini cukup fantastis jika tidak diimbangi kesadaran masyarakat akan kebersihan. Itu karena akumulasi sampah tersebut berserakan di setiap tepi dan sudut jalan, sungai, maupun laut Jakarta. Dalam dua hari saja, timbunan sampah ini disinyalir bisa mencapai sebesar Candi Borobudur. Masalah banjir seolah- olah menjadi kutukan tiap musim penghujan tiba.
Atas dasar kekhawatiran itulah, Angela Jelita Richardson, seorang pemimpin redaksi majalah Jakarta Expat saat itu, tergerak untuk membentuk komunitas peduli kebersihan dengan membawa misi mengerahkan berbagai kalangan masyarakat di Jakarta untuk turut bergotong-royong dan melakukan aksi “bersih-bersih” Ibu Kota tercinta ini. Komunitas ini kemudian dikenal dengan nama Clean Up Jakarta Day yang mengusung konsep satu hari berdedikasi untuk membersihkan Jakarta.
“Dalam kegiatan ini, masyarakat diajak menyadari pentingnya peduli terhadap kebersihan kota. Tak hanya itu, kita mencoba mengedukasi masyarakat tentang cara memilah dan mengolah sampah dengan baik. Banyak sampah yang tidak dipilah dari sumber primer (rumah) menyebabkan sampah semakin menumpuk,” kata Ratih Nawangwulan, koordinator Clean Up Jakarta Day. Bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November 2013, komunitas ini berhasil menarik masyarakat untuk terjun langsung membersihkan Jakarta.
Sekitar 1.000 relawan yang tersebar di beberapa titik Jakarta turut hadir dalam kegiatan perdana Clean Up Jakarta Day tersebut. Relawan ini berasal dari semua kalangan, baik itu dari komunitas-komunitas, sekolahsekolah, maupun seluruh warga yang tak terbatas status dan usia. “Kita harus sadar bahwa kebersihan kota adalah tanggung jawab kita semua, bukan hanya petugas pembersih jalan, pemulung atau pemungut sampah,” papar Ratih.
Beruntung, pada periode berikutnya, tahun 2014 jumlah relawan semakin bertambah hingga menembus angka 5.000 relawan. Relawan tersebut tersebar di sebanyak 20 titik di Jakarta dengan titik kumpulnya berada di Pasar Baru. Agenda selanjutnya, Clean Up Jakarta Daymenyasar target sekitar 20.000 relawan dan 50 titik di Jakarta yang akan kembali diadakan pada Oktober mendatang. Untuk para calon relawan diperkenankan untuk registrasi dan bisa langsung memberikan rekomendasi lokasi yang akan menjadi titik Clean Up Jakarta Daytahun ini melalui situs www.cleanupjakartaday.org.
Mulai 2014, agenda Clean Up Jakarta Day bekerja sama dengan Dinas Kebersihan untuk mendistribusikan sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang. Kemudian, sampahsampah lainnya kemudian dipilah dan barang-barang yang dianggap masih bisa diolah kembali akan diserahkan kepada Kampus Diakonia Modern (KDM) green project, sebuah rumah dan sekolah untuk anak jalanan yang fokus pada kegiatan daur ulang.
Komunitas ini akan menyulap barangbarang yang semula dianggap tidak berguna menjadi barang lebih berarti dan bermanfaat, seperti jam dari tutup botol, kursi, tas, dan sebagainya.
Larissa Huda
(bbg)